Minggu, 28 Oktober 2018

AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN AKTIVITAS DAN STRATEGI, ANALISA BIAYA – VOLUME – LABA


AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN AKTIVITAS DAN STRATEGI, ANALISA BIAYA – VOLUME – LABA



 


O l e h
Kelompok IV

Ø  Desi Komalasari                          2014122432  
Ø  Iqwan Galvani                            2016121698
Ø  Muhammad As’ad                      2016120142
Ø  Natalia Fransisca                         2016120197  
Ø  Yugo Purwono Putra                   2014122899  



PROGRAM STUDI AKUNTANSI S1
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PAMULANG
TANGERANG SELATAN
2018



KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan kuasanya penulisan makalah yang berjudul “Akuntansi Pertanggungjawaban Berdasarkan Aktivitas dan Strategi dan Analisa Biaya – Volume – Laba dapat diselesaikan. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesikan mata kuliah Akuntansi Manajemen Program Studi Akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas Pamulang Tangerang.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, dan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritikan yang membangun sangat penulis harapkan untuk penulisan yang lebih baik lagi di masa mendatang
Semoga makalah ini dapat memberikan suatu manfaat bagi para pembacanya, baik mahasiswa Universitas Pamulang, maupun pihak lainnya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.                                              

Pamulang,      Oktober 2018


                                 Tim Penyusun



DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.............................................................................................       i
KATA PENGANTAR..........................................................................................      ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................     iii
DAFTAR TABEL.................................................................................................      v
DAFTAR GAMBAR............................................................................................     vi
BAB I      AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN AKTIVITAS DAN STRATEGI
1.1         Pendahuluan..................................................................................      1
1.2         Akuntansi Pertanggungjawaban....................................................      2
1.2.1   Sistem Akuntansi Pertanggungjawaban...............................      2
1.3         Akuntansi Pertanggungjawaban Berdasarakan Fungsional...........      4
1.4         Akuntansi Pertanggungjawaban Berdasarkan Aktivitas................      5
1.5         Akuntansi Pertanggungjawaban Berdasarkan Strategi..................      5
1.6         Analisis Nilai Proses......................................................................      7
1.7         Balanced Scorecard (Konsep Dasar).............................................    10
1.8         Tujuan dan Manfaat Akuntansi Pertanggungjawaban...................    12
1.9         Jenis – Jenis Pusat Pertanggungjawaban.......................................    13
BAB II    ANALISA BIAYA – VOLUME – LABA
2.1         Pendahuluan..................................................................................    16
2.2         Analisis Biaya – Volume - Laba.....................................................    16
2.3         Titik Impas (BEP) Dalam Unit......................................................    18
2.3.1   Penggunaan Laba Operasi Dalam Analisis Biaya – Volume – Laba               19
2.3.2   Cara Pintas Menghitung BEP................................................. 20
2.3.3   Penjualan Dalam Unit Untuk Mencapai Target Laba.............. 21
2.4         Titik Impas (BEP) Dalam Nominal Penjualan...............................    22
2.5         Penyajian Secara Grafik Hubungan CVP......................................    22
2.6         Analisis Multi Produk....................................................................    23
2.7         Margin Pengaman (Margin of Safety).............................................    25
BAB III  PENUTUP
3.1         Kesimpulan....................................................................................    27
3.2         Saran..............................................................................................    29
DAFTAR PUSTAKA




DAFTAR TABEL

                                                                                                                                Halaman

1.1         Perspektif Balance Scorecard......................................................................    11



DAFTAR TABEL

                                                                                                                                Halaman

2.1         Grafik Hubungan CVP................................................................................    23




BAB I
AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN AKTIVITAS DAN STRATEGI
1.1    Pendahuluan
            Sistem Akuntansi Manajemen adalah sistem informasi yang menghasilkan keluaran (output) dengan menggunakan masukan (input) dan berbagai proses yang diperlukan untuk memenuhi tujuan tertentu manajemen. Proses adalah inti dari suatu sistem informasi akuntansi manajemen dan penggunaan untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang memenuhi tujuan suatu sistem.
Sistem informasi akuntansi manajemen mempunyai tiga tujuan umum yaitu menyediakan informasi yang dipergunakan dalam penghitungan harga pokok jasa, produk dan tujuan lain yang diinginkan manajemen, menyediakan informasi yang digunakan dalam perencanaan, pengendalian, pengevaluasian dan perbaikan berkelanjutan, menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan.
Sistem informasi akuntasi manajemen berperan penting dalam mengukur tindakan dan hasil serta dalam mendefinisikan penghargaan yang akan diterima oleh individu. Peranan ini disebut sebagai akuntansi pertanggung jawaban dan merupakan alat fundamental dari pengendalian manajerial.
Ada empat elemen pada model akuntansi pertanggung jawaban yaitu: menugaskan tanggung jawab, membuat ukuran kinerja/ kriteria, mengevaluasi kinerja, memberikan penghargaan yang bertujuan untuk mempengaruhi prilaku sehingga inisiatif individu dan orgaisasional sejalan untuk mencapai suatu tujuan umum.
Akuntansi manajemen memberikan tiga jenis akuntansi pertanggung  jawaban yaitu berdasarkan fungsional, berdasarkan aktifitas dan berdasarkan strategi.
Sistem akuntansi pertanggung jawaban berdasarkan fungsional menugaskan tanggung jawab pada unit organisasional dan menyatakan ukuran kinerja berdasarkan faktor keuangan, hal ini menekankan persfektif keuangan. Akuntansi pertanggungjawaban berdasarkan aktifitas, di pihak lain adalah sistem akuntansi pertanggungjawaban yang dikembangkan bagi para perusahaan yang beroperasi dalam lingkungan yang terus$menerus menuntut perbaikan, dan akuntansi pertanggung jawaban berdasarkan aktifitas menempatkan tanggung jawab pada proses dan menggunakan ukuran kinerja keuangan dan non keuangan.
1.2    Akuntansi Pertanggungjawaban
1.2.1        Sistem Akuntansi Pertanggungjawaban
Akuntansi pertanggungjawaban merupakan salah satu konsep dari akuntansi manajemen dan sistem akuntansi yang dikaitkan dan disesuaikan dengan pusat-pusat pertanggungjawaban yang ada dalam organisasi. Istliah akuntansi pertanggungjawaban ini akan mengarah pada proses akuntansi yang melaporkan sampai bagaimana baiknya manajer pusat pertanggungjawaban dapat memanage pekerjaan yang langsung dibawah pengawasannya dan yang merupakan tanggungjawabnya atau suatu sistem yang mengukur rencana dan tindakan dari setiap pusat pertanggungjawaban.
Menurut Hansen, Mowen (2005) definisi akuntansi pertanggungjawaban adalah sebagai berikut :
”Akuntansi pertanggungjawaban adalah Sistem yang mengukur berbagai hasil yang dicapai oleh setiap pusat pertanggungjawaban menurut informasi yang dibutuhkan oleh para manajer untuk mengoperasikan pusat pertanggungjawaban mereka.”
Sedangkan akuntansi pertanggungjawaban menurut LM Samryn (2001) adalah sebagai berikut : “Akuntansi pertanggungjawaban merupakan suatu sistem akuntansi yang digunakan untuk mengukur kinerja setiap pusat pertanggungjawaban sesuai dengan informasi yang dibutuhkan manajer untuk mengoperasikan pusat pertanggungjawaban mereka sebagai bagian dari sistem pengendalian manajemen.”
Dari definisi diatas, dapat ditarik suatu kesimpulan mengenai akuntansi pertanggungjawaban merupakan suatu sistem akuntansi yang disusun berdasarkan struktur organisasi yang secara tegas memisahkan tugas, wewenang dan tanggung jawab dari masing-masing tingkat manajemen.
Sistem akuntansi memainkan peranan penting dalam mengukur kegiatan dan hasil kerja dari kegiatan tersebut, juga dalam menentukan reward yang diterima seorang individu dalam organisasi. Peran ini disebut akuntansi pertanggungjawaban dan merupakan alat utama pengendalian manajerial. Sistem akuntansi pertanggungjawaban ini didukung oleh empat elemen penting:
1.      Membebankan tanggung jawab,
2.      Menentukan ukuran kinerja (benchmark),
3.      Mengevaluasi kinerja,
4.      Memberikan reward.

Sistem akuntansi manajemen menawarkan tiga jenis akuntansi pertanggung jawaban:
1.      Akuntansi pertanggungjawaban berdasarkan fungsional (functional based responsibility accounting),
2.      Akuntansi pertanggungjawaban berdasarkan aktivitas (activity based responsibility accounting), dan
3.      Akuntansi pertanggungjawaban berdasarkan strategik (strategic based responsibility accounting).
1.3    Akuntansi Pertanggungjawaban berdasarkan Fungsional
Sistem akuntansi pertanggung jawaban untuk suatu lingkungan yang stabil dihubungkan dengan akuntansi pertanggung jawaban berdasarkan fungsi. Sistem akuntansi pertanggung jawaban berdasarkan fungsi menugaskan tanggung jawab pada unit organisasional dan menyatakan ukuran kinerja berdasarkan faktor keuangan.
Sistem akuntansi pertanggungjawaban semacam inilah yang biasa dikembangkan oleh sebagian besar perusahaan yang beroperasi dalam lingkungan yang relatif stabil.
Penganggaran dan kalkulasi biaya standar merupakan tolak ukur aktivitas dari kerangka kerja fungsional. Sistem reward dirancang untuk mendorong setiap individu agar mengelola biaya, yaitu untuk mencapai atau membuatnya di bawah standar yang dianggarkan. Dalam perkembangannya, akuntansi pertanggung jawaban berdasarkan fungsional sering dianggap tidak mampu memenuhi kebutuhan lingkungan bisnis yang bersifat dinamis.
1.4    Akuntansi Pertanggungjawaban berdasarkan Aktivitas
Akuntansi pertanggung jawaban berdasarkan aktifitas di lain pihak adalah sistem akuntansi pertanggung jawaban yang dikembangkan bagi para perusahaan yang beroperasi dalam lingkungan yang terus menerus menurut perbaikan. Akuntansi pertanggung jawaban berdasarkan aktifitas menempatkan tanggung jawab pada proses dan menggunakan ukuran kinerja keuangan dan non keuangan.
Waktu, kualitas, dan efisiensi merupakan dimensi penting dari kinerja karena sistem ini bertujuan untuk menghasilkan produk dengan biaya rendah, berkualitas tinggi, dan diterima konsumen tepat waktu. Sistem akuntansi pertanggungjawaban ini dikembangkan oleh perusahaan yang beroperasi dalam lingkungan yang kompetitif dan menuntut perbaikan berkelanjutan (continuous improvement). Perubahan dapat dilakukan melalui:
1.      Perbaikan proses (improvement process),
2.      proses inovasi (innovation process), dan
3.      penciptaan proses (process creation).
Karena berbagai perubahan proses tersebut memerlukan aktivitas tim, maka reward berdasarkan tim lebih sesuai untuk digunakan daripada reward individu.
1.5     Akuntansi Pertanggungjawaban berdasarkan Strategi
Kelemahan utama dari perbaikan berkelanjutan adalah tidak mampu untuk menyesuaikan dengan misi dan strategi organisasi secara keseluruhan. Oleh karenanya, diperlukan perbaikan berkelanjutan yang terarah. Akuntansi pertanggungjawaban berdasarkan strategik menerjemahkan visi dan misi organisasi ke dalam strategi operasional dan mengembangkan dimensi pertanggungjawaban menjadi empat dimensi, yaitu keuangan (financial), pelanggan (customer), proses bisnis internal (internal business process), serta pembelajaran dan pertumbuhan (learning & growth).
Ukuran kinerja dirancang agar dapat mengkomunikasikan strategi bisnis dan membantu menyelaraskan tujuan individu dan organisasi. Ukuran yang seimbang berarti bahwa ukuran yang dipilih diseimbangkan antara:
1.      Ukuran yang tertinggal dan ukuran yang memimpin:
·        Ukuran yang tertinggal   :    ukuran hasil, ukuran dari usaha terdahulu.
·        Ukuran yang memipin     :    faktor - faktor yang menggerakkan kinerja masa depan.
2.      Ukuran objektif dan ukuran subjektif:
·        Ukuran objektif               :    ukuran yang dapat dihitung dan diversifikasi
·        Ukuran subjektif             :    agak sulit dihitung dan lebih bersifat penilaian pribadi
3.      Ukuran eksternal dan internal:
·        Ukuran eksternal             :    berhubungan dengan pelanggan dan pemegang saham
·        Ukuran internal               :    berhubungan dengan proses ' kemampuan yang menciptakan nilai bagi pelanggan dan pemegang saham.
1.6    Analisis Nilai Proses
Analisis nilai proses merupakan sesuatu yang mendasar dalam akuntansi pertanggungjawaban berdasarkan aktivitas; lebih berfokus pada aktivitas dibanding pada biaya, dan lebih menekankan pada kinerja sistem secara keseluruhan dibanding kinerja individu. Analisis proses mengacu pada:
1.      Analisis Penggerak
Pengelolaan aktivitas memerlukan pemahaman terhadap penyebab biaya aktivitas. Analisis penggerak merupakan suatu usaha pengidentifikasian faktorfaktor yang menjadi penyebab utama biaya aktivitas. Misal: biaya perpindahan bahan ternyata disebabkan oleh tata letak pabrik, maka penataan kembali tata letak pabrik diharapkan dapat mengurangi biaya perpindahan bahan.
2.      Analisis Aktivitas
Analisis aktivitas adalah proses mengidentifikasikan, menjelaskan, dan mengevaluasi aktivitas organisasi. Analisis aktivitas menghasilkan outcome: (1) aktivitas apa yang dilakukan, (2) bagaimana aktivitas dilakukan, (3) waktu dan sumber daya yang diperlukan untuk melakukan aktivitas, dan (4) penilaian terhadap aktivitas (bernilai tambah & tidak bernilai tambah).
·         Aktivitas disebut bernilai tambah (value added activities) jika memenuhi tiga kondisi: (1) aktivitas menghasilkan perubahan, (2) aktivitas sebelumnya tidak menghasilkan perubahan tersebut, dan (3) aktivitas ini memungkinkan dilaksanakannya aktivitas lainnya. Contoh: pemotongan kayu, perakitan, dan pengecatan pada usaha furniture.
·         Aktivitas disebut tidak bernilai tambah (non value added activities), yaitu semua aktivitas selain dari aktivitas yang penting untuk dilakukan dan diperlukan untuk menjaga kelangsungan bisnis. Contoh: penjadwalan, pemindahan, waktu tunggu, pemeriksaan, dan penyimpanan.
Rumus biaya bernilai tambah dan tidak bernilai tambah:
Biaya bernilai tambah                    =     SQ x SP
Biaya tidak bernilai tambah          =     (AQ – SQ) SP    
Keterangan:
·         SQ    :    tingkat output bernilai tambah dari suatu aktivitas
·         SP     :    harga standar tiap unit dari ukuran output aktivitas
·         AQ    :    kuantitas aktual penggunaan sumber daya fleksibel atau kapasitas aktivitas praktis yang diperoleh untuk sumber daya terikat
3.      Pengukuran Kinerja Aktivitas
Ukuran kinerja aktivitas yang digunakan meliputi efisiensi, kualitas, dan waktu. Adapun ukuran keuangan dari efisiensi aktivitas, meliputi:
1.      Laporan biaya akivitas bernilai tambah dan aktivitas tidak bernilai tambah,
2.      Trend dalam laporan aktivitas biaya
3.      Penentuan standar Kaizen
Standar Kaizen berfokus pada pengurangan biaya dari produk dan proses yang sudah ada melalui pengurangan biaya-biaya tidak bernilai tambah. Pengendalian terhadap proses pengurangan biaya ini dilakukan melalui penggunaan dua subsiklus:
a.       siklus kaizen (siklus perbaikan berkelanjutan)
b.      siklus pemeliharaan.
4.      Benchmarking
Pendekatan lain untuk pembuatan standar yang digunakan untuk membantu mengidentifikasi peluang perbaikan aktivitas disebut benchmarking. Benchmarking menggunakan praktik terbaik sebagai standar untuk mengevaluasi kinerja aktivitas. Tujuan benchmarking adalah untuk menjadi yang terbaik dalam melakukan aktivitas dan proses.
5.      Manajemen Kapasitas
Kapasitas aktivitas menunjukkan jumlah berapa kali suatu aktivitas dapat dilakukan. Penggerak aktivitas akan mengukur kapasitas aktivitas. Dua pertanyaan yang perlu dijawab.
a.       Seberapa besar seharusnya kapasitas aktivitas tersebut? Hal ini menunjukkan kemampuan untuk mengukur jumlah peningkatan yang masih dimungkinkan.
b.      Seberapa banyak kapasitas yang dimiliki digunakan? Hal ini menunjukkan biaya non produktif dan sekaligus peluang untuk mengurangi kapasitas dan mengurangi biaya.
6.      Life Cycle Costing
Siklus hidup produk adalah waktu keberadaan produk mulai dari pengkonsepan hingga tidak terpakai. Biaya siklus hidup adalah semua biaya yang berhubungan dengan produk selama keseluruhan umur hidupnya, termasuk di dalamnya biaya pengembangan, produksi, dan dukungan logistik.
1.7    Balance Scorecard (BSC) (Konsep Dasar)
Balance Scorecard (BSC) adalah suatu sistem manajemen strategik yang merupakan operasionalisasi dari akuntansi pertanggungjawaban berdasarkan strategi. BSC menerjemahkan misi dan strategi organisasi ke dalam tujuan operasional ukuran kinerja untuk empat perspektif yang berbeda:
1.      Keuangan: mendeskripsikan konsekuensi ekonomi dari tindakan yang dilakukan dalam tiga perspektif lain (pelanggan, proses bisnis internal, pembelajaran&pertumbuhan). Contoh: pertumbuhan pendapatan, pengurangan biaya, dan pemanfaatan aset.
2.      Pelanggan: menentukan pelanggan dan segmen pasar yang diambil dalam operasional bisnis. Contoh: peningkatan pangsa pasar, akuisisi pelanggan baru, retensi pelanggan, kepuasan pelanggan, profitabilitas pelanggan, dll.
3.      Proses bisnis internal: menjelaskan proses bisnis internal yang diperlukan untuk menyediakan nilai bagi pelanggan dan pemilik perusahaan. Contoh: proses inovasi, proses operasional, dan responsivitas terhadap pelanggan.
4.      Pembelajaran dan pertumbuhan: menentukan kemampuan yang diperlukan organisasi untuk menciptakan peningkatan dan pertumbuhan jangka panjang. Contoh: peningkatan kemampuan karyawan, motivasi dan pemberdayaan karyawan, serta kemampuan sistem informasi.
Tabel 1.1
Perspektif Balance Scorecard
Dimensi Akuntansi Pertanggung jawaban
Berbasis Fungsional
Berbasis Aktivitas
Berbasis Strategi
Tanggung jawab yang ditentukan
·      Individual yang bertanggungjawab
·      Efisiensi operasi
·      Unit organisasional
·      Outcome keuangan
ü  Tim
ü  Rantai Nilai
ü  Proses
ü  Keuangan
Ø  Keuangan
Ø  Proses
Ø  Pelanggan
Ø  Infrastruktur
Ukuran Kinerja yang Ditentukan
·      Anggaran unit
·      Standar statis
·      Standard costing
·      Standar yang saat ini tercapai
ü  Optimal
ü  Orientasi Proses
ü  Dinamis
ü  Nilai tambah
Ø  Strategi Komunikasi
Ø  Penyatuan Tujuan
Ø  Ukuran yang berimbang
Ø  Hubungan ke strategi
Pengukuran Kinerja
·      Efisiensi keuangan
·      Aktual vs standar
·      Biaya yang dapat dikendalikan
·      Ukuran Keuangan
ü  Pengurangan Waktu
ü  Pengurangan Biaya
ü  Peningkatan Kualitas
ü  Ukuran Trend
Ø  Ukuran Keuangan
Ø  Ukuran Proses
Ø  Ukuran pelanggan
Ø  Ukuran infrastruktur
Penghargaan individual berdasarkan kinerja
·      Promosi
·      Profit Sharing
·      Bonus
·      Peningkatan Gaji
ü  Promosi
ü  Gain Sharing
ü  Bonus
ü  Peningkatan Gaji
Ø  Promosi
Ø  Profit Sharing
Ø  Bonus
Ø  Peningkatan Gaji




1.8    Tujuan dan Manfaat Akuntansi Pertanggungjawaban
Didalam penerapan akuntansi pertanggungjawaban pada suatu perusahaan, terlebih dahulu harus diketahui apa yang menjadi tujuan dari Akuntansi Pertanggungjawaban itu sendiri.
Tujuan dari Akuntansi Pertanggungjawaban adalah mengadakan evaluasi hasil kerja suatu pusat pertanggungjawaban untuk meningkatkan operasi-operasi perusahaan di waktu yang akan datang.
Informasi akuntansi pertanggungjawaban yang berupa informasi masa yang akan datang bermanfaat untuk penyusunan anggaran. Sedangkan informasi akuntansi pertanggungjawaban yang berupa informasi masa lalu bermanfaat sebagai penilai kinerja manajer pusat pertanggungjawaban dan pemotivasi manajer”Akuntansi pertanggungjawaban sangat diperlukan dan bermanfaat bagi perusahaan besar yang kegiatan usahanya memerlukan pembagian tugas dan tanggung jawab. Adapun manfaat akuntansi pertanggungjawaban adalah:
1.      Mutu berbagai keputusan lebih baik, sebab dibuat oleh pimpinan yang berada di tempat terjadinya isu-isu yang relevan.
2.      Berkurangnya beban manajemen puncak sehingga bisa lebih memfokuskan pada konsep pengendalian manajemen yang lebih strategis.
3.      Bagi pimpinan pusat pertanggungjawaban, pendelegasian wewenang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan inovasi dan kreativitasnya.
4.      Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan.
1.9         Jenis-jenis Pusat Pertanggung jawaban
Pusat pertanggungjawaban pada dasarnya diciptakan untuk mencapai sasaran tertentu, jadi sasaran dari masing-masing individu dalam liar-liar pusat pertanggungjawaban itu harus diusahakan agar selaras, serasi dan seimbang dalam usaha rnencapai sasaran umum dari organisasi secara keseluruhan. Suatu pusat pertanggungjawaban pada dasarnya dibentuk untuk rnencapai sasaran tertentu yang selaras dengan sasaran umum organisasi.
1.      Pusat Biaya (Cost Center)
Pusat biaya kebijakan adalah pusat biaya yang sebagian besar biayanya tidak mempunyai hubungan yang erat dengan volume kegiatan pusat biaya tersebut.Jumlah biaya yang “tepat” untuk kegiatan pusat biaya kebijakan ditentukan berdasarkan kebijakan manajemen. Salah satu contoh dari pusat biaya ini adalah departemen akuntansi, personalia, dan bagian penelitian pengembangan. Tujuan dari pusat biaya kebijakan bukanlah untuk meminimumkan jumlah pengeluaran, tetapi untuk mengusahakan bagaimana menggunakan dana yang dianggarakan dengan cara yang seefektif mungkin. Itulah sebabnya pusat biaya ini tidak dapat diukur prestasi manajernya dari sudut efisiensi.
2.      Pusat Pendapatan (Revenue Center)
Pusat pendapatan yaitu suatu pusat pertanggungjawaban di mana manajernya hanya bertanggung jawab untuk penjualan atau perolehan pendapatan.Prestasi manajer pusat pertanggungjawaban diukur berdasarkan jumlah penjualan/pendapatan yang dicapai dibandingkan dengan penjualan yang dianggarkan, dan biaya pemasaran aktual dibandingkan dengan biaya pemasaran yang dianggarkan. Contoh, departemen pemasaran bertanggungjawab atas pendapatan yang dicapai sesuai target tanpa harus dibebani dengan biaya yang dikeluarkan untuk mencapai target pendapatan tersebut.
3.      Pusat Laba (Profit Center)
Pusat laba adalah suatu pusat pertanggungajawaban dalam suatu organisasi yang kinerja manajemennya dinilai atas dasar selisih pendapatan dengan biaya dalam pusat pertanggungjawaban tersebut. Adapun yang menjadi perhatian dalam pusat pertanggungjawaban ini adalah besar laba yang diperoleh, yaitu dengan membandingkan biaya sebagai input dengan pendapatan sebagai output.
Contoh: Unit bisnis sebagai pusat laba biasanya ditetapkan pada perusahaan yang menghasilkan lebih dari satu macam produk atau jasa. Dalam hal ini manajer divisi bertanggung jawab untuk mengendalikan atas pengembangan produk, proses produksi, dan strategi pemasaran. Para manajer tersebut berperan untuk mempengaruhi pendapatan dan beban sedemikian rupa sehingga dapat dianggap bertanggung jawab atas “laba bersih”.
4.      Pusat Investasi (Investment Center)
Pusat investasi adalah suatu pusat pertanggungjawaban dalam suatu organisasi yang kinerjanya dinilai atas dasar pendapatan, biaya, dan sekaligus investasi (aktiva dan modal) pada pusat pertanggungjawaban tersebut.Prestasi pusat investasi diukur dengan menghubungkan laba yang diperoleh pusat pertanggungjawaban tersebut dengan investasi yang bersangkutan. Adapun ukuran prestasi yang sering dipakai pada pusat investasi ini adalah Return on Investment (ROI), yang dihitung dengan rumus:               




BAB II
ANALISA BIAYA – VOLUME – LABA
2.1  Pendahuluan
Analisis Biaya Volume Laba atau biasa disebut dengan Cost Volume Profit Analysis (CVPA) merupakan suatu alat yang sangat tepat untuk  perencanaan dan pengambilan keputusan terkait dengan biaya variable per unit,  kuantitas yang terjual, harga produk (prices of products), volume produksi,  dan semua informasi keuangan perusahaan yang terkandung di dalamnya yang sangat mempengaruhi tingkat laba.
Analisis CVP dapat mengatasi banyak isu lainnya seperti jumlah unit yang harus dijual untuk mencapai impas, dampak pengurangan biaya tetap terhadap titik impas, serta dampak kenaikan harga terhadap laba. Selain itu analisis CVP memungkinkan para manajer untuk melakukan analisis sensitivitas dengan menguji dampak dari berbagai tingkat harga atau biaya terhadap laba.
Sementara  tujuan utama suatu perusahaan adalah untuk memperoleh laba yang maksimal agar kelangsungan hidup perusahaan terus berjalan sepanjang waktu, maka perlu dilakukan analisis terhadap biaya volume laba perusahaan.  Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas bagaimana analisis cost volume profit (CVP) agar manajer dapat dengan bijak mengambil keputusan yang pasti dan tidak mengandung resiko yang dapat merugikan perusahaan.
2.2    Analisis Biaya Volume Laba
Suatu perusahaan akan berada pada titik break even point apabila dalam suatu  periode aktivitas usaha, tidak memperoleh laba dan tidak juga mengalami kerugian. Artinya, jika seluruh pendapatan perussahaan yang diperoleh dijumlahkan, maka jumlah tersebut sama besarnya dengan seluruh biaya yang dikeluarkan. Berikut beberapa pengertian break even point menurut para ahli:
Menurut Mulyadi (2001), Impas adalah suatu keadaan dimana suatu usaha tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi, dengan kata lain suatu usaha dikatakan impas jika jumlah pendapatan (revenue) sama dengan jumlah biaya, atau apabila laba kontribusi hanya dapat digunakan untuk menutup biaya tetap saja.
Menurut Hansen dan Mowen (1994) mengemukakan bahwa “Break Even Point is where total revenues equal total costs, the point is zero profits” yang berarti ialah  ”BEP adalah di mana total pendapatan biaya total yang sama, intinya adalah nol keuntungan”.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat diartikan bahwa yang dimaksud dengan break even point (titik impas) adalah suatu keadaan dimana perusahaan tidak memperoleh laba ataupun tidak menderita kerugian. Sehingga perusahaan dikatakan impas jika jumlah pendapatan yang diperoleh sama besarnya dengan jumlah biaya yang dikeluarkan.
Analisis biaya volume laba dapat diterapkan dalam banyak hal, diantaranya adalah :
1.      Menentukan harga jual produk atau jasa.
2.      Memperkenalkan produk atau jasa baru.
3.      Mengganti peralatan.
4.      Memutuskan apakah produk atau jasa yang ada seharusnya dibuat di dalam perusahaan atau dibeli dari luar perusahaan.
5.      Melakukan analisis apa yang akan dilakukan, jika sesuatu dipilih oleh manajemen.
2.3    Titik Impas (BEP) dalam Unit
Salah satu bentuk analisis CVP yang populer adalah perhitungan titik impas perusahaan. Titik impas (Break Even Point /BEP) adalah suatu titik yang menunjukkan volume pendapatan yang tidak menimbulkan laba atau rugi. Pada saat BEP, pendapatan total sama dengan biaya total sehingga besarnya laba sama dengan nol. Analisis impas membuat perusahaan menelaah pola perilaku biaya tetap dan biaya variabel.
Tujuan analisis titik impas adalah untuk mencari tingkat aktivitas dimana pendapatan dan hasil penjualan sama dengan jumlah semua biaya variabel dan biaya tetapnya. Perusahaan tidak mendulang untung ketika hanya mencapai titik impas. Oleh karena itu hanya penjualan, biaya variabel, dan biaya tetap saja yang dipakai untuk menghitung titik impas. Titik impas normalnya bukan merupakan sasaran kinerja yang diharapkan, namun titik impas ini dapat mengindikasikan tingkat penjualan yang disyariatkan agar perusahaan terhindar dari kerugian. Dengan demikian, titik impas menunjukan suatu sasaran volume penjualan minimal yang harus diraih oleh perusahaan. Mengetahui titik impas terutama penting ketika sebuah perusahaan memperkenalkan sebuah produk baru atau memasuki pasar baru. Dalam kedua kondisi tersebut, Perusahaan harus mengawasi secara hati-hati potensi penjualan dan membandingkanya dengan titik impas.
Titik impas ini selanjutnya dapat dihitung dengan menggunakan metode persamaan, metode marjin kontribusi, dan metode grafik, baik dalam hitungan unit penjualan maupun penjualan dalam satuan mata uang tertentu yang digunakan dalam transaksi bisnis.
2.3.1        Penggunaan Laba Operasi dalam Analisis Biaya-Volume-Laba
Untuk bisa menentukan jumlah produk yang harus dijual untuk mencapai titik impas, maka kita bisa berfokus pada laba operasi, yaitu laba yang berasal dari operasi normal perusahaan. Yang harus kita lakukan adalah:
1.      Menentukan pengertian unit, dan
2.      Memisahkan biaya antara komponen biaya tetap dan biaya variabelnya.
Dengan demikian, persamaan laba operasi menjadi:
Laba operasional      =   Pendapatan Penjualan – Biaya ariabel – Biaya Tetap
Laba operasional      = (Harga x Unit Terjual) – (Biaya Variabel x Unit Terjual) - Biaya Tetap Total
Contoh kasus:
PT. Maju Mundur memproduksi mesin rumput, dengan penjualan 1.000 unit seharga 400/unit dan biaya variabel adalah 325 dengan biaya tetapnya adalah 45.000. Berapakah titik impas persamaan laba operasinya?




Jawab:
Ø  Laporan Laba/Rugi
(Harga x Unit Terjual) – (Biaya Variabel x Unit Terjual) - Biaya Tetap Total
Penjualan (1.000unit x @400)                                 =     400.000      100,00 (rasio)
Dikurangi: Biaya Variabel (1.000unit x 325)          =   (325.000)        81,25
Marjin kontribusi                                           =       75.000        18,75
Dikurangi: Biaya Tetap                                           =      (45.000)
Laba Operasi                                                  =        30.000

Ø  Titik Impas Persamaan
Pendapatan Penjualan – Biaya ariabel – Biaya Tetap
    0        =   (400x     -    325x)       -      45.000
    0        =              75x                   -      45.000
75x        =   45.000
     X      =   600

Ø  Pembuktian Laporan Laba/Rugi
Penjualan (600unit x @400)                                    =     240.000      100,00 (rasio)
Dikurangi: Biaya Variabel (600unit x 325)             =   (195.000)        81,25
Marjin kontribusi                                           =       45.000        18,75
Dikurangi: Biaya Tetap                                           =      (45.000)
Laba Operasi                                                  =                 0 

2.3.2        Cara Pintas Menghitung BEP
Mengingat bahwa persamaan CVP diturunkan dari laporan rugi laba berbasis variabel costing, maka kita dapat menghitung jumlah unit dalam BEP secara lebih cepat dengan berfokus pada marjin kontribusi (contribution margin). Marjin kontribusi diperoleh dari pendapatan penjualan dikurangi biaya variabel total. Marjin kontribusi merupakan hasil penjualan yang tersedia untuk menutup biaya tetap dan menghasilkan laba, yang dapat dinyatakan dalam total, dalam jumlah per unit, atau sebagai persentase. Pada kondisi BEP, marjin kontribusi sama dengan biaya tetap.

2.3.3        Penjualan Dalam Unit Untuk Mencapai Target Laba
Analisis CVP juga dapat digunakan untuk menentukan berapa banyak unit yang harus dijual untuk memperoleh target laba tertentu. Target laba dapat ditentukan dalam nominal tertentu atau sebagai persentase dari penjualan. Pendekatan laba maupun pendekatan marjin kontribusi bisa digunakan untuk menghitung target laba tersebut. Dengan asumsi bahwa biaya tetap tidak berubah, dampak perubahan jumlah unit terjual terhadap laba dapat dihitung dengan mengalikan marjin kontribusi per unit dengan perubahan jumlah unit terjual.
Contoh:
Jika target laba yang ditentukan Rp 60.000, maka dengan menggunakan persamaan dasar titik impas kita hanya perlu menambahkan target laba sebesar Rp 60.000 pada biaya tetap sehingga didapatkan:



2.4    Titik Impas (BEP) dalam Nominal Penjualan
Untuk menghitung BEP dalam nominal, biaya variabel dianggap sebagai persentase penjualan. Namun, penjualan pada BEP juga dapat dihitung secara singkat dengan rumus:
Penjualan pada BEP = biaya tetap/rasio marjin kontribusi
Contoh:
PT. Maju Mundur ingin mengetahui jumlah mesin rumput yang harus dijual untuk menghasilkan laba yang sama dengan 15% (rasio) dari pendapatan penjualan. Jadi target laba operasi adalah 15%. Berapa unit yang akan terjual?
Jawab:

2.5    Penyajian Secara Grafis Hubungan CVP
Hubungan CVP dapat juga dianalisis dengan grafik dua sumbu. Sumbu horisontal menunjukkan unit yang terjual dan sumbu vertikal menunjukkan pendapatan penjualan. Garis total pendapatan dimulai pada titik nol dan meningkat dengan kemiringan yang sama dengan harga jual per unit. Garis total biaya memotong sumbu vertikal pada sebuah titik yang sama dengan total biaya tetap dan meningkat dengan kemiringan yang sama dengan biaya variabel per unit. Jika total pendapatan berada di bawah garis total biaya, maka akan muncul daerah rugi. Sebaliknya, daerah laba akan muncul jika garis total pendapatan berada di atas garis total biaya. Titik impas berada titik perpotongan antara garis penjualan total dan garis biaya total. Titik impas pada gambar di bawah ini terletak pada penjualan 600 unit produk dan tingkat pendapatan penjualan 325.000.
Grafik 2.1
Grafik Hubungan CVP


Area Laba




Area Rugi
Pendapatan
325.000
600
Unit yang terjual
Biaya Tetap
Pendapatan Penjualan
Total Beban
Titik Impas
45.000
 










2.6    Analisis Multi Produk
Analisis multi produk memerlukan adanya asumsi terkait dengan bauran penjualan (sales mix), yaitu kombinasi berbagai produk yang dihasilkan/dijual perusahaan. Dengan menentukan suatu bauran penjualan tertentu, analisis multi produk dapat diubah ke dalam analisis produk tunggal. Namun untuk analisis CVP kita harus menggunakan bauran penjualan dalam unit. Perusahaan dapat menyelesaikan masalah multiproduk dengan mengkonversinya menjadi produk tunggal.
Contoh:
PT. Maju Mundur mempunyai biaya tetap total 96.250, ingin memproduksi dua mesin rumput, yaitu mesin rumput manual (A) sebanyak 1.200 unit dan mesin rumput otomatis (B) sebanyak 800 unit, dengan biaya tetap langsungnya adalah 30.000 untuk mesin rumput manual (A) dan 40.000 untuk mesin rumput otomatis (B) dan beban biaya tidak langsung sebesar 26.250, dengan keterangan sebagai berikut:
Keterangan
Mesin Manual (A)
Mesin Otomatis (B)
Per Paket
Harga Jual/unit
400
800

Biaya Variabel/unit
325
600

Marjin Kontribusi/unit
75
200

Bauran Penjualan
3
2

Marjin kontribusi/paket =
(3) x (4)
225
400
625

Buatlah laporan laba rugi dan titik impas PT. Maju Mundur?
Jawab:
Laporan laba/rugi:
Keterangan
Mesin Manual (A)
Mesin Otomatis (B)
Total
Penjualan:
Dikurangi: Biaya Variabel
Marjin Kontribusi
Dikurangi: Biaya Tetap Langsung
Marjin Segmen
 480.000 
(390.000)
90.000
(30.000)
60.000
640.000
(480.000)
160.000
(40.000)
120.000
1.120.000
(870.000)
250.000
(70.000)
180.000
Dikurangi: Biaya Tetap TL


(26.250)
Laba Operasi


153.750

Titik Impas Persamaan:
PT. Maju Mundur harus menjual 462 mesin manual (3 x 154) dan 308 mesin otomatis (2 x 154) untuk mencapai titik impas.
Pembuktian Laporan Laba/Rugi:
Keterangan
Mesin Manual (A)
Mesin Otomatis (B)
Total
Penjualan:
462 x 400
308 x 800

184.800


246.400


431.200
Biaya variabel:
462 x 325
308 x 600

(150.150)


(184.800)


(334.950)
Marjin kontribusi
34.650
61.600
96.250
Biaya tetap langsung
(30.000)
(40.000)
(70.000)
Marjin Segmen
4.650
21.600
26.250
Biaya tetap TL


(26.250)
Laba/Rugi


0

2.7    Marjin Pengaman (Margin of Safety)
Marjin pengaman adalah unit yang dijual atau diharapkan akan terjual di atas titik impas/pendapatan yang dihasilkan atau diharapkan akan dihasilkan di atas titik impas. Misalnya: volume impas adalah 600 unit dan penjualan saat ini 1.000 unit, maka marjin pengamannya 400 unit. Demikian pula jika titik impasnya Rp. 240.000 dan pendapatan saat ini Rp. 400.000, maka marjin pengamannya Rp. 160.000. Marjin pengaman juga dapat dinyatakan dalam persentase, misalnya dari contoh diatas 40% (400/1000).
Marjin pengaman adalah ukuran kasar risiko. Semakin besar marjin pengaman maka semakin kecil pula risiko kerugian jika terjadi penurunan penjualan dari yang diharapkan.










BAB III
KESIMPULAN
3.1    Kesimpulan
1.      Membandingkan dan membedakan sistem akuntansi pertanggungjawaban berdasarkan fungsi, aktivitas dan strategi
Akuntansi pertanggung jawaban berdasarkan fungsi memfokuskan pada unit organisasi seperti departemen dan pabrik, menggunakan ukuran output keuangan dan standar statis dan benchmarking untuk mengevaluasi kinerja, dan menekankan status quo dan stabilitas organisasi. Dipihak lain, akuntansi pertanggung jawaban berdasarkan aktivitas memfokuskan pada proses, menggunakan ukuran operasional dan keuangan dan standar dinamis serta menekankan dan mendukung perbaikan dan berkelanjutan.
Akuntansi pertanggung jawaban berdasarkan aktivitas menambah perspektif proses. Akuntansi pertanggungb jawaban berdasarkan strategi memperluas jumlah dimensi tanggung jawab dari dua menjadi empat.
2.      Menjelaskan analisis nilai proses
Analisis nilai proses memberikan informasi tentang mengapa pekerjaan dilakukan dan seberapa baik dilakukan. Hal ini mencakup analisis penggerak biaya, analisis aktivitas dan pengukuran kinerja. Dimensi inilah yang menghubungkan analisis volume proses dengan konsep perbaikan dan berkelanjutan. Elemen utama dari pengendalian berdasarkan aktivitas adalah analisis aktivitas – proses pengidentifikasian dan penjelasan suatu aktivitas perusahaan, menaksir nilainya pada organisasi, dan hanya memilih aktivitas yang bernilai.
3.      Menjelaskan pengukuran kinerja aktivitas
Kinerja aktivitas dievaluasi pada tiga dimensi : efisiensi, kualitas dan waktu. Laporan biaya bernilai tambah dan yang tak bernilai tambah, trend biaya, benchmarking, standar kaizen, manajemen kapasitas, dan anggaran daur hidup adalah contoh ukuran keuangan dari efisiensi aktivitas.
4.      Menjelaskan fitur dasar Balanced Scorecard
Balanced scorecard adalah sistem manajemen strategi yang menerjemahkan visi dan strategi organisasi kedalam tujuan ukuran operasional. Tujuan dan ukuran dikembangkan dalam empat perspektif yaitu : perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses, dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Tujuan dan ukuran keenpat perspektif dihubungkan dengan urutan hipotesis hubungan sebab akibat. Balanced scorecard cocok dengan akuntansi pertanggung jawaban berdasarkan aktivitas karena memfokuskan pada proses dan membutuhkan penggunaan informasi berdasarkan aktivitas untuk mengimplementasikan kebanyakan dari tujuan dan ukurannya.
5.      Analisis biaya volume laba (cost-volume-profit analysis) adalah analisis pola-pola prilaku biaya yang mendsari hubungan-hubungan antara biaya,volume, dan laba. Analisi biaya-volume-laba kerap pula disebut analisis impas (break-even analysis) karena signifikansisme mengacu pada sebuah pemicu biaya aktivitas, seperti unit penjualan, yang diasumsikan berkorelasi dengan perubahan-perubahan pendapatan, biaya, dan laba. Analisis biaya-volume-laba merupakan persoalan yang kompleks karena hubungan-hubungan tersebut kerap dipengaruhi oleh faktor-faktor yang seluruhnya atau sebagian diluar kendali manajemen.
6.      Titik impas merupakan tingkat aktivitas dimana suatu organisasi tidak mendapatkan laba dan juga tidak mendapatkan rugi. Titik impas juga dapat didefinisikan sebagai titik dimana total pendapatan sama dengan total biaya atau sebagai titik dimana total marjin kontribusi sama dengan total biaya tetap. Titik impas ini selanjutnya dapat dihitung dengan menggunakan metode persamaan, metode marjin kontribusi, dan metode grafik, baik dalam hitungan unit penjualan maupun penjualan dalam satuan mata uang tertentu yang digunakan dalam transaksi bisnis. Dalam perencanaan analisis biaya volume laba dapat dimanfaatkan dengan menggunakan 2 cara yaitu, analisis target laba dan analisis sensitivitas.
7.      Dengan mengetahui titik marjin keamanan tersebut maka manajemen dapat merumuskan berbagai strategi, taktik, dan langkah-langkah operasional untuk bertahan agar penjualan tidak mengalami abrasi sampai melebihi angka marjin keamanan.

3.2    Saran
Setelah membahas dan mempelajari akuntansi pertanggungjawaban berdasarkan aktivitas dan strategi dan analisis biaya volume laba ini, diharapkan kita dapat menganalisis biaya volume laba pada suatu perusahaan tertentu sebagai skill penunjang bagi seorang manajer.




DAFTAR PUSTAKA

Anthony A.Atkinson, Robert S.Kaplan, Ella mae matsumura, S.Mark Young : Akuntansi Manajemen, Edisi ke 5 jilid 1.

Hansen, D.R., dan Mowen, M.M. 2005. Managerial Accounting. Seventh Edition. Cincinnati: South-Western College Publishing (HM).

Hansen-Mowen. 2006. Management Accounting. Jakarta : Salemba Empat.

Rayburn, L.G. Akuntansi Biaya: dengan Menggunakan Pendekatan Manajemen Biaya. Edisi 6. Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Sugiri, S., dan Sulastiningsih. 2004. Akuntansi Manajemen: Sebuah Pengantar. Edisi Ketiga. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.